Sudah membaca artikel Cosmo tentang si Tinkerbell di kantor? Apakah Anda salah satunya? Di lingkungan kerja yang keras, tak seharusnya Anda menjadi seseorang yang “kecil” dan tidak percaya diri dengan ide-ide cemerlang yang Anda miliki. Bisa-bisa, Anda malah “dilahap” oleh sosok-sosok di kantor yang lebih berani dari Anda – padahal belum tentu mereka sekreatif Anda, kan? Tapi bagaimana cara untuk menghilangkan sindrom satu ini? Simak langkah-langkah Cosmo berikut!
Siapkan Mental dan Penampilan
Sebelum menuju “medan perang” (baca: kantor), sebaiknya Anda siapkan mental dulu di rumah. Katakan pada diri sendiri bahwa Anda hebat dalam pekerjaan Anda. Kalau perlu, baca quote wanita-wanita sukses sebagai pemacu semangat. Lalu Cosmo sarankan untuk menambah sedikit “bumbu” pada penampilan Anda. Yup, pilihlah pakaian dan makeup yang membuat Anda lebih percaya diri. Percayalah, dengan penampilan berbeda, kolega bahkan si bos akan lebih memperhatikan Anda.
Dekatkan Diri dengan Sekitar
Anda harus membuat suasana kantor Anda seperti lahan permainan. Rekan kerja adalah orang yang harus Anda jadikan kawan. Daripada Anda terus berpikir mereka berusaha mengalahkan atau bahkan menyingkirkan Anda, sebaiknya bersikap suportif sekaligus kompetitiflah kepada mereka. Perlahan-lahan dekatkan diri untuk sekadar makan siang bersama, lalu setelahnya Anda bisa menjadi teman, dan mulai mendiskusikan pekerjaan bersama. Ini bisa jadi cara ampuh membentuk aliansi di kantor lho.
Jangan Takut Ungkapkan Ide
Jangan takut untuk meluapkan ide Anda. Jika perlu siapkan sebuah note khusus untuk menuliskan ide-ide. Jika seorang "Tinkerbell" dikatakan tak bisa berkembang, dengan terus meluapkan ide dan berani mengungkapkan pendapat, nantinya Anda akan merasakan sendiri perkembangan yang terjadi – baik dalam hal prestasi pekerjaan, juga rasa percaya diri Anda di kantor.
Jangan Linglung dan Tetap Fokus
Hilangkan sifat mudah linglung Anda. Fokus pada setiap pekerjaan adalah salah satu langkah untuk menghilangkan sindrom "Tinkerbell". Lebih baik Anda fokus pada pekerjaan daripada fokus pada hal tak penting seperti merasakan diskriminasi. (Indira Listiarini / VP / Image: Thinkstock)