Tingkat stres yang begitu tinggi di kantor tentu dapat memengaruhi kestabilan emosi seseorang, terutama wanita. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu alasan mengapa karyawan wanita seringkali mem-bully atau di-bully rekan kerja lainnya.
Menanggapi hal ini, Cosmo bertanya kepada career consultant, Andin Andiyasari. Menurutnya, hal ini lebih dikarenakan interaksi sesama manusia yang memang begitu kompleks. Menurutnya lagi dalam kasus seperti ini, biasanya pihak yang mem-bully memiliki otoritas lebih tinggi sehingga korban merasa dilema dan berdampak terhadap mental psikologisnya. Lalu kenapa pekerja wanita yang paling sering mengalami hal ini? Jika dikaitkan dengan pekerja wanita, hal ini karena wanita memang lebih didorong oleh emosi sehingga cenderung akan lebih mudah mengambil tindakan bila ada rasa iri hati, ketidak-mampuan untuk menunjukkan hasil kerja yang lebih baik, rasa senioritas yang berlebihan, atau perasaan rendah diri yang ditunjukkkan dengan “menguasai” orang lain.
Tak ketinggalan, Andin pun memberikan beberapa contoh sikap yang menunjukan jika Anda sedang di-bully rekan kerja. Meskipun ada banyak cara yang dapat dilakukan, namun tiga hal ini dapat menjadi gambaran:
1. Menggunakan kata-kata atau tindakan yang mengancam, mempermalukan, atau mengintimidasi.
2. Mensabotase pekerjaan pihak yang di-bully sehingga tidak terselesaikan atau mengganggu penyelesaiannya.
3. Pelecehan secara verbal seperti menghina dan merendahkan. (Adhia Azka/VP/Image: thinkstock)