Membangun rumah ramah lingkungan namun tetap bisa ditinggali dengan cara yang wajar, konsep tersebutlah yang ditunjukkan oleh sembilan arsitek Indonesia melalui perumahan Tanah Teduh. Pada acara launching Tanah Teduh di Potato Head, Pacific Place, Jakarta, yang berlangsung pada 25 Juli 2011, ditampilkan konsep dari 20 rumah yang sudah dibangun sejak tahun 2007 tersebut.
"Kami ingin menunjukkan bahwa tidak mahal kok membangun rumah seperti ini. Yang terpenting desain, sinar matahari, dan sirkulasi bagus tanpa harus memakai luxurious material," jelas Andra Martin, salah seorang arsitek Tanah Teduh. Pemilihan bahan lokal, dipadu dengan desain kontemporer, serta meminimalkan penggunaan AC, membuat rumah ini tetap nyaman untuk ditinggali namun tetap ramah lingkungan.
Baca Juga: 6 Tips Desain Rumah Anti Bosan dan Stress
Dengan luas 1,9 hektar, rumah ini tetap mempertahankan pohon-pohon yang ada serta kontur tanah. Kenyataannya, hanya ada satu pohon yang ditebang dari sekitar 70 pohon. Rumah yang terletak di daerah Jati Padang, Pasar Minggu ini, juga dibuat dengan memadatkan ruang, sehingga lahan yang tersisa bisa dimanfaatkan untuk 3 taman serta satu danau.
"Desain bukan dari kemewahan, tapi desain itu harus bagus, berfungsi, kuat dan ramah lingkungan," jelas Andra. Andra juga menambahkan bahwa dengan dibangunnya Tanah Teduh sebagai rumah dengan konsep ramah lingkungan, diharapkan Tanah Teduh dapat menjadi awal penyebab perubahan. Bahwa sangat mungkin untuk membangun rumah ramah lingkungan tanpa harga mahal dan tetap nyaman ditinggali.
Baca Juga: Menambahkan Kesan Feminin pada tampilan Rumah Anda
Adapun setiap rumah memiliki karakter masing-masing dari arsitek, seperti misalnya memakai rumput sebagai atap rumah, atau keseluruhan bangunannya memakai kayu. Sembilan arsitek yang bergabung untuk membangun rumah go green ini adalah Adi Purnomo, Ahmad Djuhara, Andra Martin, Antony Liu, Eko Prawoto, Ferry Ridwan, Tan Tik Lam, Wendy Djuhara, Yori Antar, dan Zenin Adrian. (Calvin Hidayat/DI)
Membangun rumah ramah lingkungan namun tetap bisa ditinggali dengan cara yang wajar, konsep tersebutlah yang ditunjukkan oleh sembilan arsitek Indonesia melalui perumahan Tanah Teduh. Pada acara launching Tanah Teduh di Potato Head, Pacific Place, Jakarta, yang berlangsung pada 25 Juli 2011, ditampilkan konsep dari 20 rumah yang sudah dibangun sejak tahun 2007 tersebut.
"Kami ingin menunjukkan bahwa tidak mahal kok membangun rumah seperti ini. Yang terpenting desain, sinar matahari, dan sirkulasi bagus tanpa harus memakai luxurious material," jelas Andra Martin, salah seorang arsitek Tanah Teduh. Pemilihan bahan lokal, dipadu dengan desain kontemporer, serta meminimalkan penggunaan AC, membuat rumah ini tetap nyaman untuk ditinggali namun tetap ramah lingkungan.
Baca Juga: 6 Tips Desain Rumah Anti Bosan dan Stress
Dengan luas 1,9 hektar, rumah ini tetap mempertahankan pohon-pohon yang ada serta kontur tanah. Kenyataannya, hanya ada satu pohon yang ditebang dari sekitar 70 pohon. Rumah yang terletak di daerah Jati Padang, Pasar Minggu ini, juga dibuat dengan memadatkan ruang, sehingga lahan yang tersisa bisa dimanfaatkan untuk 3 taman serta satu danau.
"Desain bukan dari kemewahan, tapi desain itu harus bagus, berfungsi, kuat dan ramah lingkungan," jelas Andra. Andra juga menambahkan bahwa dengan dibangunnya Tanah Teduh sebagai rumah dengan konsep ramah lingkungan, diharapkan Tanah Teduh dapat menjadi awal penyebab perubahan. Bahwa sangat mungkin untuk membangun rumah ramah lingkungan tanpa harga mahal dan tetap nyaman ditinggali.
Baca Juga: Menambahkan Kesan Feminin pada tampilan Rumah Anda
Adapun setiap rumah memiliki karakter masing-masing dari arsitek, seperti misalnya memakai rumput sebagai atap rumah, atau keseluruhan bangunannya memakai kayu. Sembilan arsitek yang bergabung untuk membangun rumah go green ini adalah Adi Purnomo, Ahmad Djuhara, Andra Martin, Antony Liu, Eko Prawoto, Ferry Ridwan, Tan Tik Lam, Wendy Djuhara, Yori Antar, dan Zenin Adrian. (Calvin Hidayat/DI)