Better You

Apa Itu Toxic Positivity & Bagaimana Cara Menghindarinya?

  by: Redaksi       1/7/2022
  • Memiliki mindset yang positif saat menghadapi tantangan hidup dapat memberikan kita dorongan moral yang akan membantu kita mengatasi masalah tersebut dengan lebih lancar. Namun tak banyak orang yang tahu bahwa memiliki pemikiran yang terlalu positif sebenarnya dapat menghasilkan sesuatu yang toxic bagi kesehatan mental kita. Hal ini dikenal dengan sebutan toxic positivity, yang merupakan sebuah kondisi di mana seseorang akan menuntut dirinya sendiri atau orang disekitarnya untuk selalu berpikir positif bahkan jika mereka terjebak dalam situasi yang buruk.

    Hal ini pada umumnya dilakukan oleh seseorang karena kita ingin menghindar dari emosi negatif yang biasanya muncul dari masalah yang kita alami seperti rasa sedih, kecewa atau marah. Walaupun sebenarnya menurut penelitian psikologi, menjauh atau menghindar dari masalah yang kita sedang lalui adalah sebuah aksi yang hanya dapat mengundur perasaan-perasaan tersebut bukan benar-benar menyelesaikan masalah. Alhasil hal ini justru dapat berdampak sangat buruk bagi kesehatan mental kita lho dear.

    Ciri-ciri utama dari toxic positivity biasanya dapat diterka melalui ucapan seseorang. Apabila orang tersebut sedang terjebak dalam toxic positivity biasanya mereka sering melontarkan kata-kata yang berkesan positif tapi sebenarnya merasakan emosi yang negatif. Selain itu mereka menyembunyikan perasaan yang sebenarnya sedang mereka rasakan dan sering terkesan menghindari atau membiarkan masalah terungkap tanpa mereka selesaikan. Seringkali mereka juga merasa bersalah saat mereka mengungkapkan atau merasakan emosi negatif dan mereka juga sangat sering mengucapkan kalimat yang bersifat membandingkan diri dengan orang lain misalnya seperti: “Iya mungkin yang kamu lalui itu sangat berat, tapi aku lebih menderita loh dari kamu.”



    Agar kamu dapat menghindar dari dampak buruk toxic positivity serta tidak menjadi sumber toxic positivity bagi orang-orang di lingkungan kamu, ada beberapa tips yang bisa kamu coba:

    1. Biarkan dan rasakan semua emosi negatif kamu



    Emosi negatif yang terpendam dan telah kamu sisihkan tanpa diolah dengan baik dapat menumpuk dan mendorong kamu untuk berpikir negatif tentang dirimu dan orang-orang disekitarmu. Sebaiknya emosi negatif yang dirasakan bukanlah disangkal namun kamu harus membiarkan dirimu merasakan perasaan tersebut, karena perasaan dan emosi, baik yang negatif atau positif merupakan hal yang normal bagi semua orang. Setelah mengakui keberadaan emosi negatif tersebut, kamu boleh meluapkan keluh kesahmu kepada seseorang yang kamu percaya agar tidak menumpuk dan membebani diri sendiri.

    2. Hindari membanding-bandingkan masalahmu dan orang lain


    Keinginan untuk membandingkan nasib kita dengan orang lain biasanya muncul karena kebutuhan kita akan validasi, bahwa kita patut merasakan semua perasaan negatif dan berpikir negatif tentang orang lain karena kita pihak yang paling tersakiti. Namun sangat penting bagi kita untuk mengerti bahwa, setiap orang punya masalah dan tantangan masing-masing. Oleh karena itu, tidak adil jika kamu membandingkan masalah kamu dengan masalah orang lain. Alih-alih membandingkan diri dengan orang lain, lebih baik kamu berusaha untuk fokus dan melihat apa yang dapat diperbaiki di diri kamu agar kondisimu dapat membaik.

    3. Coba untuk saling memahami dibandingkan menghakimi


    Segala perasaan negatif yang kamu atau orang lain rasakan dapat muncul karena berbagai macam faktor, mulai dari stres, masalah finansial, masalah keluarga hingga gejala gangguan mental. Dengan itu, sangat penting bagi kamu untuk memahami perasaan orang lain terlebih dahulu dibandingkan menghakimi aksi mereka. Apabila salah satu temanmu sedang terjerat toxic positivity alangkah baiknya apabila kamu membiarkan dia untuk meluapkan emosi yang sedang dirasakan.

    4. Batasi penggunaan media sosial




    Seperti yang kita tahu media sosial menjadi tempat di mana semua orang mencoba untuk menampilkan bagian dari diri mereka yang terbaik. Dengan itu, seringkali media sosial dapat memicu atau memperparah toxic positivity karena membuat kita merasa bahwa kehidupan kita harus terus sempurna layaknya orang-orang di media sosial. So, kalau kamu sedang merasakan ciri-ciri toxic positivity alangkah baiknya kamu mengurangi penggunaan media sosial. Kelola juga akun media sosial kamu dan filter orang-orang yang sering membuat postingan kurang bermanfaat yang dapat memprovokasi emosi negatif di dalam dirimu.

    ( Ameina Dewi // Images from Pexels @thoughtcatalog & Freepik @freepik, @rawpixel & @lookstudio// Layout by: Severinus Dewantara )