The lights are on their stage!
Memiliki profesi sebagai aktor dan aktris memang tak mudah – banyak sekali proses ‘tak kasat mata’ yang pada akhirnya membawa mereka ke titik pencapaian. Tampaknya industri perfilman saat ini tengah diharumkan oleh keduanya, Shenina yang berperan secara apik di film Penyalin Cahaya dan Angga Yunanda yang belakang ini baru saja hadir di film Cinta Pertama, Kedua & Ketiga. And yes, this is why we adore them.
Di saat ketenaran menerpa kehidupan Angga dan Shenina, hanya satu prinsip yang akan terus mereka tegakkan; bersikap rendah hati. Because when you make your move, you will know how the world works for you.
Hai Angga dan Shenina! Saat ini kalian sedang sibuk apa?
Shenina: Saya sedang persiapan untuk shooting layar lebar di Semarang. Tetapi saya belum bisa berikan spoiler lebih detailnya, jadi kita lihat saja nanti, ya.
Angga: Saya juga saat ini sedang mempersiapkan film baru dan juga promosi untuk film yang sebentar lagi akan rilis, Mencuri Raden Saleh dan proyek film lain yang saat ini masih on progress.
Kapan pertama kali jatuh cinta pada dunia akting?
Angga: Saya memulai karier itu di usia 15 tahun, saat itu saya mencoba dari sinetron, dan sejak itu sudah mulai semakin tertarik dengan dunia akting. Tetapi akhirnya saya merasa ada di titik di mana saya sadar kalau dunia akting itu akan terus menjadi bagian dari kehidupan saya, bahkan dalam jangka panjang – semua ini saya rasakan ketika saya sudah mulai terjun ke dalam produksi film. Lebih tepatnya, saya pertama kali jatuh cinta ketika menikmati proses produksi film – merasa sangat bersyukur bisa dipercaya untuk berperan. Dan ternyata, rasa senang saya terhadap seni itu berasal dari Papa – yang dulunya juga aktif bermain teater.
Shenina: Saya mulai senang dengan industri hiburan juga berawal dari Papa! Dulu Papa kerja di industri TV dan perfilman, sejak kecil saya suka ikut untuk melihat kegiatan Papa. Seketika saya ditawarkan untuk mengikuti casting sinetron dan akhirnya keterima...wah, ini momen yang tak pernah saya sangka. Setelah itu saja masuk ke dalam dunia perfilman, dan di situ saya merasa prosesnya jauh lebih memberikan makna.
Anda berdua disebut sebagai rising star di dunia hiburan. Bagaimana proses dalam memilih film yang kalian akan perankan?
Angga: Kalau bagi saya, hal terpenting adalah sutradaranya. Tetapi tetap, alur cerita juga menjadi nilai penting. Karena pada akhirnya, menentukan peran itu rasanya seperti jodoh, kalau kita merasa sudah yakin untuk memerankannya dan mendapat peluang untuk mencoba, ujung-ujungnya kita juga akan menikmati prosesnya.
Shenina: Berlaku juga dengan orang yang menunjuk kita untuk memerankan karakternya. Apakah mereka percaya kalau kita mengambil peran tersebut atau tidak. Tetapi sinopsis dan alur cerita itu berdampak besar sih dalam proses saya memilih film.
Pernah mengalami masa-masa casting yang sulit? Ada cerita yang memorable dalam menjalani proses casting?
Shenina: Sudah pasti ada, sih! Karena saat casting pasti kita melihat siapa saja kandidatnya, jadi momen seperti ini yang bikin saya terkadang merasa sulit untuk bisa lolos casting.
Angga: Karena terkadang untuk menempati satu karakter, kita bisa berkompetisi dengan semua aktor-aktor lain...
Shenina: dan terkadang, gambaran karakter di awal sebelum kita casting dengan apa yang akhirnya kita dalami itu ternyata perbedaannya cukup signifikan, pada akhirnya kita hanya bisa meberikan yang terbaik.
Angga: Kalau berbicara soal momen yang paling berkesan saat casting itu sangat banyak. Tetapi salah satu yang paling berkesan banget adalah saat melakukan proses casting untuk produksi film karya Gina S. Noer. Wah...itu proses casting yang paling the best! Di mana saat itu, saya diharuskan untuk berakting dengan ekspresi yang berbeda-beda yang berkaitan dengan golden scene dalam film tersebut.
Adakah salah satu aktor atau aktris senior yang kalian kagumi, dan akhirnya mendapat kesempatan untuk berada di dalam satu film?
Angga: Yang paling berkesan saat beradu akting dengan Bapak Slamet Rahardjo. Beliau benar-benar maestro – ini adalah pengalaman yang tak akan saya lupakan. Proses produksi film bersama beliau berlangsung kurang lebih setengah tahun, jadi saya merasa hubungan antar crew dan pemain itu sangat intens, apalagi saya bisa bertemu dengan banyak orang hebat, yang sangat mencintai seni peran. Sejujurnya, beliau merupakan salah satu inspirasi saya untuk terus menekuni profesi ini.
Shenina: Pertama kali saya terjun di perfilman sebagai pemain utama yakni saat di film Penyalin Cahaya, tentu ada banyak pemain-pemain hebat yang terlibat di dalamnya. Tetapi salah satu yang membuat saya merasa sangat berkesan adalah saat saya berada dalam satu scene bersama Donny Damara – banyak improvisasi dialog yang seketika ia lontarkan, dan ini tuh bikin saya merasa deg-degan setelah melihat kemampuannya dalam berakting.
Kalian pernah tidak, mendapat saran dari para senior tentang berkarier di dunia hiburan?
Shenina: Kalau nasihat, saya sendiri akan mendengarkan semua masukan baik dari senior atau pun para pemain yang sebaya dengan saya. Tetapi nasihat yang selalu saya dengar dan ingat adalah, “jangan pernah puas, dan jangan menganggap penghargaan itu sebagai titik akhir kesuksesan."
Angga: Salah satu yang paling saya ingat itu kata-kata dari Kak Gina S. Noer, beliau bilang, semua yang kita lakukan, semua yang kita jalani dan akan dihadapi, dijogetin aja, dibawa santai, jangan dipikirkan terlalu dalam.
Selama melakukan pekerjaan, bagaimana cara kalian untuk menangani overthinking?
Angga: Overthinking itu memang selalu dirasakan sih, bahkan sampai saat ini.
Shenina: Contoh simpelnya seperti saat kita sedang melakukan satu adegan, setelahnya kita pasti merasa “kok kayaknya ada yang kurang, ya?” padahal sutradara sudah bilang OK, dan balik lagi…kita memang harus percayakan hal itu kepada sutradara – kembali berpikir kalau apa yang kita lakukan itu sudah terbaik. Harus lanjut fokus ke scene berikutnya!
Cosmo penasaran, apa prinsip kalian masing-masing sebagai aktris?
Angga: When you make your move, being down to earth is a common thing. Saya selalu menerapkan prinsip ini.
Shenina: Dan dengan selalu menjaga attitude yang baik – prinsip ini sebenarnya berlaku di kehidupan secara general, tak hanya harus dimiliki oleh aktor dan aktris saja.
Angga: Karena di industri film kita bekerja sebagai tim, semua pencapaian kita raih bersama.
Shenina: Itu mendorong kita untuk tidak memiliki ego yang tinggi, karena kita bukan satu-satunya center dalam satu karya.
"When you make your move, being down to earth is a common thing." -Angga Yunanda-
Melihat saat ini semakin banyak aktor dan aktris pendatang baru, bagaimana cara kalian menyikapi hal tersebut?
Shenina: Sering banget di satu set saya bertemu dengan pemain baru yang masih berusia 16 tahun, dan mereka pun memiliki bakat masing-masing dan kita memang tak bisa menyamaratakan setiap pemain. Tetapi saya senang karena makin banyak wajah muda yang muncul di industri film, dan saya tak menanggapnya sebagai suatu kompetisi, malah mengajarkan kita untuk belajar lebih baik lagi, supaya bisa tetap berada di industri ini.
Angga: Saya tidak pernah merasa hal ini sebagai suatu kompeitisi, karena seperti yang sudah saya katakan sebelumnya; setiap pemain punya ‘jodoh’ karakternya masing-masing. Dan industri film menurut saya memang sangat butuh talenta-talenta muda. Justru saya merasa semakin bersemangat untuk menghadapi para pendatang baru.
Apa saja harapan kalian untuk generasi perfilman ke depannya?
Angga: Hal paling basic yang saya harapkan untuk bisa berubah ke depannya adalah jam kerja.
Shenina: Kita punya jam kerja yang unlimited, berbeda dengan jam kerja kantoran. Meski saat ini jam kerja saya sebagai pemain sudah mulai lebih tertata. Karena saat bermain itu kan emosi kita ibarat ‘terombang-ambing’ dan pasti draining banget ketika kita bekerja di waktu yang sangat tight.
Angga: Sebetulnya possible untuk bisa memperoleh jam kerja yang disiplin, dan hal ini berbalik lagi kepada masing-masing tim produksi yang mengelolanya.
Shenina: Harapan lain dari saya, karena di industri perfilman ini kita masih didominasi oleh para laki-laki, akan jauh lebih menyenangkan jika perempuan ke depannya bisa berperan lebih banyak untuk menyumbangkan karya-karyanya, dan saya senang karena saat ini sudah banyak sutradara perempuan seperti Kamila Andini, Gina S. Noer, dan berbagai perempuan hebat lain yang terdengar karyanya.
Apa perubahan yang kalian rasakan, sejak awal meniti karier hingga sampai seperti sekarang ini?
Angga: Saya pribadi merasa jauh lebih percaya diri, dengan semakin bertambah usia, bertemu dengan banyak orang baru, hal itu membuat saya untuk bisa menjadi lebih all out. Karena saya ingat sewaktu memulai karier di tahun 2015 lalu, saya masih pemalu, takut untuk bertanya, bahkan takut dicap sebagai ‘sok asik’. Tetapi sekarang ini saya merasa kalau kita semua ini berada di-level yang sama – tak perlu takut untuk bertanya atau berdiskusi dengan orang-orang yang terlibat di dalam pekerjaan saya.
Shenina: Hmm, saya juga termasuk orang yang pemalu sebenarnya, jadi tak ada perubahan yang signifikan. Tetapi ada satu hal, salah satunya pola pikir – dulu saya selalu menerima semua proyek pekerjaan, ibarat semua di-gas saja! Namun untuk saat ini, saya sudah mulai berpikir lebih panjang, apakah proyek film ini cocok untuk saya dan berbagai aspek lain yang perlu saya pikirkan lebih dahulu.
OK, kita masuk ke pertanyaan yang selalu membuat banyak orang penasaran! Bagaimana first impression kalian saat pertama kali bertemu?
Angga: Pertama kali bertemu Shenina itu di saat berada di satu proyek film bareng, mulai dari proses reading sampai shooting, dari situ saya sudah merasa banyak connection, padahal di dalam proyek tersebut kita tidak banyak terlibat satu adegan.
Shenina: Saya tahu Angga pertama kali itu dari Dua Garis Biru, and this is my favorite film. Saya bisa menyaksikannya sampai berkali-kali – sebulan tiga kali deh. Jadi saat pertama kali bertemu Angga, saya langsung excited, “OMG, ini Angga yang main di Dua Garis Biru!” Awalnya saya pikir kita bakal jarang ngobrol, karena Angga itu pendiam banget, sedangkan saya tipikal yang selalu heboh. Tetapi justru kita punya kecocokan yang sama dalam humor, meski jatuhnya receh!
Untuk proyek film berikutnya, adakah satu peran yang ingin kalian eksplor?
Angga: Selama ini saya kan selalu berakting dengan aksen Bahasa Indonesia pada umumnya, maka dari itu saya selalu ingin eksplor sebagai karakter yang memiliki aksen daerah, karena saya merasa hal ini akan menjadi sesuatu yang sangat challenging, sekaligus akan menjadi momen yang berharga ketika saya bisa merepresentasikan budaya tertentu.
Shenina: Ini random, tetapi saya ingin banget berperan di film action. Karena postur tubuh saya yang kecil, sepertinya bakal seru kalau saya punya keahlian boxing yang bikin lawan mainnya seakan-akan K.O!
Kalau berkesempatan untuk memerankan film biopic, siapa sosok yang ingin kalian perankan?
Angga: Berperan sebagai tokoh seorang atlet bisa menjadi kesempatan yang menarik – saya pun bisa ikut belajar untuk menekuni bidang olahraga dari tokoh tersebut. Saya tidak bisa mengatakan siapa sosok karakter yang saya inginkan secara spesifik, karena bagi saya, mendapat kesempatan untuk memerankan film biopik itu adalah suatu tugas yang cukup berat, karena kita pun ikut membawa nama tokoh tersebut.
Apa saja rekomendasi film dan TV series dari kalian untuk Cosmo Babes?
Shenina: Best film yang cocok saya rekomendasikan adalah La La Land dan untuk TV series, yang selama ini masih menjadi favorit saya ialah Euphoria dan Breaking Bad.
Angga: Kalau dari saya, film yang wajib untuk ditonton adalah Parasite (yang menjadi pemenang Best Picture di The Academy Awards tahun 2021 lalu). Saya sebetulnya tak begitu sering menonton TV Series – tetapi ada satu serial misteri asal Korea yang seru banget, judulnya Mouse.
Bisakah kalian sebutkan, goals terbesar kalian selama ini?
Angga: Dari dulu hingga saat ini, saya selalu memerankan film komersial, maka untuk bermain di film festival menjadi salah satu goals saya untuk saat ini.
Shenina: Saya hanya ingin tetap berada di sini, di dunia hiburan, dan selalu memberikan yang terbaik.
Let’s talk about style, seperti apa gaya busana kalian sehari-hari?
Shenina: OK, saya akan menjelaskan style-nya Angga! Menurut saya, Angga itu selalu berpenampilan effortlessly neat, tetapi ia selalu memerhatikan setiap detail dalam berpakaian. Contohnya seperti memakai kaos dan celana chino.
Angga: Kalau Shenina tipikal yang adaptable dengan berbagai gaya. Tetapi satu hal yang selalu identik dengan Shenina adalah jeans.
Kalau kalian bisa memilih, lebih baik pakaian yang comfy atau stylish?
Angga: Comfy. Karena di saat kita merasa nyaman, apapun yang kita kenakan akan tetap terlihat menarik.
Shenina: Dengan pakaian yang nyaman, saya rasa kita bisa sekaligus menujukkan siapa diri kita yang sebenarnya, dan orang lain pun dapat merasakan hal yang sama ketika mereka melihat gaya berpakaian kita.
Apa fashion item favorit kalian?
Shenina: Sudah pasti jeans!
Angga: Kaos polos hitam, karena mudah untuk memadukannya. Bahkan saya bisa memiliki satu jenis kaos serupa dengan jumlah yang banyak.
Kegiatan apa yang akan dilakukan di saat kalian memiliki waktu break dalam pekerjaan?
Shenina: Kalau kami hanya memiliki waktu libur yang minim, saya dan Angga lebih memilih untuk memanfaatkan waktu berkualitas dengan hangout bersama. Tetapi jika kami mendapat ‘jatah’ waktu yang cukup lama, sepertinya membuat rencana vacation akan seru untuk dilakukan.
Bagaiamana cara kalian untuk mempertahakan rasa semangat?
Angga: Saya selalu ingin berusaha untuk melakukan yang terbaik, dan ini adalah motivasi saya untuk melawan rasa malas ketika sedang bekerja.
Shenina: Bagi saya yang terpenting ialah membangun semangat sejak kita membuka mata di pagi hari. Karena di saat kita terbangun dan semangat malah redup, efeknya akan berjangka panjang.
Jika kalian tidak berprofesi sebagai aktor dan aktris, apa pekerjaan yang mungkin sedang kalian tekuni saat ini?
Shenina: Saya sudah pasti berprofesi sebagai seseorang yang bekerja di belakang layar, karena dulu saya sempat berkuliah di jurusan perfilman.
Angga: Sejak dulu saya ingin menjadi seorang dokter (pada umumnya ini adalah cita-cita semua anak kecil). Mungkin saja saya sudah menjadi dokter jika saya tidak terjun ke dunia hiburan.
Coba pilih, merencanakan masa depan secara matang, or just want to live the moment?
Shenina: Menerapkan keduanya itu sangat penting, karena kita tidak bisa hidup ‘lepas’ begitu saja, biarkan itu berjalan secara bersamaan.
Angga: Buat saya, rencana itu tak harus menjadi suatu tolak ukur untuk mencapai titik tujuan, karena kalau rencana kita gagal, tandanya kita perlu berusaha lebih keras lagi.
Adakah saran dari kalian untuk mereka yang sedang mengejar mimpinya di industri hiburan?
Angga: Jangan pernah takut untuk mencoba hal baru. Di industri perfilman, kita dituntut untuk bisa menjadi apa saja, melakukan apa saja – maka sebelum kalian betul-betul terjun ke dalam industri tersebut, selain memiliki kemampuan acting yang baik, cobalah untuk asah soft skill lain, seperti mempelajari ilmu bela diri, bahasa-bahasa asing, yang mungkin saja akan menjadi nilai plus ke depannya.
Shenina: Kalau kalian sudah mendapatkan kesempatan, jangan disia-siakan dan jangan pula terlalu cepat untuk merasa puas. Selalu ambil pelajaran dari orang-orang disekitar, don’t ever stop to learn more.
Text: Nadhifa Arundati / FT
Photografer: Hadi Cahyono
Fashion Stylist: Dheniel Algamar
Assitant Fashion Stylist: Kissy Aprilia
Wardrobe: Tommy Hilfiger
Makeup & Hair: Archangela Chelsea & Team
Layout: Rhani Shakurani