Tanggal 19 Juni lalu, Cosmo kembali menonton teater musikal khas Broadway, persembahan London School of Public Relations (LSPR) Teatro. Diambil dari novel karya Gregory Maguire, Wicked adalah prequel dari kisah terkenal The Wizard of Oz. Dari sinilah Anda bisa mengetahui asal muasal Tin Man, sepatu merah Dorothy, dan Cowardly Lion. Wicked bercerita tentang dua remaja, Glinda dan Elphaba, yang pada akhirnya menjadi dua penyihir berbeda: the Good Witch of the East dan the Wicked Witch of The West. Dua wanita Oz ini, meski sempat diceritakan jatuh cinta pada pria yang sama, tidak pernah berhenti menjadi BFF.
Ini adalah produksi ke-11 dari LSPR Teatro. And it's their best so far. Mungkin karena konflik yang terasa lebih dekat dengan kehidupan mereka sebagai mahasiswa (cinta segitiga, popularitas di sekolah, insecurity tentang penampilan...), atau mungkin juga, Wicked adalah feel-good story yang memang sangat mudah untuk dicintai.
Wirawati D. Putri berperan sebagai Glinda, si Pirang yang populer dan enerjik, sang eye-candy dengan tulle skirt dan setiap putaran tongkat sihirnya. Bisa dibilang, Glinda memberikan performance terbaik malam itu; so cute, so irresistible. Adegan di mana ia memberikan sesi make over pada Elphaba sukses menyihir penonton jauh lebih powerful daripada ciuman Elphaba dan Fiyero.
Dipentaskan di Auditorium & Performance Hall Prof. Djajusman, interpretasi LSPR terhadap musikal ini sebenarnya sudah jauh melebihi ekspektasi. Meski dengan minimalisme setting industrial, produksi malam ini berhasil bertumpu lebih pada dialog yang mudah dicerna, alur cerita yang dengan konstan membawa penonton “naik-turun” bak rollercoaster ride, serta lagu-lagu ringan di telinga seperti Popular dan Defying Gravity. It's not just good, it's WICKED good. (Putri)