Lifestyle

Healing di Resor Tanpa Dinding dan Pintu di Buahan, Ubud

  by: Kissy Aprilia       13/7/2022
  • Nature heals the body, mind, and soul. Sepertinya kalimat ini menggambarkan pengalaman Cosmo dengan tepat selama tiga hari berada di Buahan, a Banyan Tree Escape, Bali. Resor seluas empat hektar ini begitu asri, dikelilingi rimbunnya hutan hujan dan juga kabut tanpa jarak. Tidak ada kebisingan di sini. Hanya suara air sungai Ayung dan sekelompok jangkrik yang menenangkan. Pengalaman ini bahkan Cosmo rasakan secara ‘telanjang’ tanpa ada dinding dan pintu yang membatasi kami dengan alam sekitar. Yup, ini bukan sekadar kembali ke alam, tetapi kembali terkoneksi dengan alam. 

    Setelah menempuh perjalanan selama 2,5 jam dari Bandara Internasional Ngurah Rai, Cosmo tiba di Desa Buahan Kaja sekitar pukul enam sore. Di sana sudah gelap. Cosmo hanya melihat sebuah bangunan mirip pendopo yang terbuat dari bambu. “Di mana villa-nya?” Lalu kami diberikan tongkat kayu—mirip seperti tongkat pendaki—karena kami masih harus berjalan 5-10 menit untuk menuju ke lobby. This is exciting! Selama menyusuri jalan bebatuan itu, Cosmo melihat ada beberapa ‘rumah’ di tengah pepohonan. Ternyata itu adalah salah satu dari 16 villa (disebut Bale) yang tersebar di lereng lembah Buahan dan lokasinya dibangun ‘mengumpat’ demi menjaga privasi setiap pengunjung.





    Did we mention you about the “no walls, no doors” thing? Buahan, a Banyan Tree Escape menawarkan konsep yang sangat unik dan tampaknya ini menjadi pioneer di kelas resor bintang lima. Selain bangunannya sustainable—terbuat dari kayu ulin daur ulang dan tanpa menggunakan alat berat—villa di sini didesain tanpa dinding ataupun pintu. Ini yang Cosmo maksud dengan ‘naked experience’. Tamu yang menginap benar-benar dibawa menyatu dengan alam. Semua aktivitas personal dilakukan di alam terbuka. Bayangkan saja nikmatnya berendam air hangat di tepi teras Bale, sambil melihat sekelompok burung berkejaran. What a fabulous life. 


    Bangun tidur di saat matahari terbit adalah momen terbaik di Buahan. Kalau biasanya Cosmo bergoler di kasur selama 10 menit sambil memeriksa notifikasi WhatsApp (and of course, Instagram), kali ini Cosmo langsung beranjak dan membuka tirai Bale. Di momen itulah terlihat jelas panorama Buahan yang sangat cantik dari seluruh sisi Bale, dan jika beruntung kamu bisa melihat tujuh puncak gunung Bali yang legendaris. Di setiap Bale juga tersedia kolam renang pribadi, living space, dan pantry deck yang menyediakan beberapa macam teh serta kopi khas Bali. Bale ini adalah definisi ‘escape’, sempurna untuk siapa pun yang ingin kabur dari suasana hiruk pikuk dan mendambakan slow morning routine.  



    Komitmen Buahan untuk membawa pengunjung melebur dengan alam juga diterapkan melalui sajian kuliner di Open Kitchen. Bukan sekadar menawarkan cita rasa khas Bali, semua bahan makanan yang diolah berasal dari sumber tani lokal and it’s 70 percent plant-based. Menariknya, Chef Buahan, Eka Sunarya, selalu berhasil memberi kejutan di lidah kami. Waktu itu, ia menyajikan kacang-kacangan yang direbus dengan rempah aromatik untuk main course, lalu ada juga kubis panggang dengan kimchi dan remahan tempe. All of them are very tasty! And guess what, Chef Eka menciptakan bumbu penyedap rasanya menggunakan bahan alami, seperti jamur, jagung, dan kulit bawang.  

    Di Buahan, pengunjung juga dapat mencoba berbagai aktivitas outdoor seperti trekking ke sungai Ayung atau off-road dengan mobil Jeep ke hutan bambu di Kintamani. Jika ingin merasakan pengalaman budaya Bali yang lebih kental, Buahan juga menawarkan tur Tri Hita Karana, pengalaman yang mengajarkan tiga filosofi tradisional Bali yaitu harmonisasi antara manusia dengan Tuhan, alam, dan sesamanya. 





    Mobil VW Safari sudah menunggu Cosmo pukul sembilan pagi untuk memulai tur Tri Hita Karana. Destinasi pertama kami adalah Pura Sabang Daat yang jaraknya sekitar 40 menit dari Desa Buahan. Tempat ini adalah pura tertua peninggalan Maharsi Markandeya, pendeta pertama yang datang ke Pulau Bali menyebarkan agama Hindu. Uniknya, Pura Sabang Daat tidak memiliki bangunan seperti pura konvensional, melainkan area terbuka yang disucikan. Cosmo juga sempat mengunjungi Pura Gunung Raung, salah satu warisan jejak Maharsi Markandeya selama melakukan perjalanannya di Bali. 

    Pengalaman tur ini memperlihatkan bagaimana adat Bali mengimplementasikan filosofi Tri Hita Karana dalam kehidupan sehari-hari. Selain mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan, Cosmo turut serta membantu melestarikan alam dengan menanam pohon palem di area Tegal Dukuh Camp, Desa Payangan. Selepas itu, kami makan siang bersama untuk memaknai filosofi terakhir yaitu hubungan antar manusia yang harmonis. It was an amazing and meaningful journey!


    Berkunjung ke Buahan belum terasa lengkap jika tidak mencoba perawatan di Toja Spa. Jadi sebelum pulang, Cosmo menyempatkan diri untuk berelaksasi di tangan spesialis yang telah tersertifikasi oleh Banyan Tree Spa Academy. Dan tentu saja, areanya didesain di atas bale ‘tanpa dinding, tanpa pintu’. We will surely miss this whole place: Bale personal dengan pemandangan cantik 180 derajat, trekking di lereng lembah Buahan, menikmati kuliner plant-based yang lezat, and oh, almost forgot... the Bali Groni—koktail spesial Buahan favorit Cosmo!

    Ingin menikmati healing di resor magical ini? Book your Bale here: https://escape.banyantree.com/


    (Images: Courtesy Buahan, a Banyan Tree Escape, Petrie PR)