Better You

Mengenal 5 Alasan Di Balik Sikap People Pleaser

  by: Redaksi       15/7/2022
  • Tentunya membantu orang-orang di sekitar kita merupakan sebuah hal yang baik, namun ada kalanya membantu secara berlebih pun bisa jadi merugikan lho Cosmo Babes! Salah satu contoh dimana pilihan kita untuk membantu orang lain dapat membawa dampak buruk terhadap diri kita sendiri adalah saat kita mulai menunjukkan sifat people pleaser.

    Menurut psikolog Jennyfer, M.Psi., people pleaser menggambarkan seseorang yang lebih memprioritaskan kebutuhan orang lain dibanding dirinya sendiri, tentu saja itu akan merugikan baginya. Biasanya seseorang yang memiliki sifat people pleaser kesulitan untuk menolak permintaan dari orang lain atau berkata tidak. Perilaku seperti ini sebenarnya bisa berdampak buruk kedepannya terutama untuk kesehatan mental kita karena dapat menyebabkan seseorang untuk secara perlahan kehilangan jati dirinya lantaran terlalu berfokus pada kebutuhan serta kebahagiaan orang lain.

    Kira-kira apa saja ya alasan di balik sikap people pleaser? Keep on reading, babes!



    1. Takut pada penolakan


    Seringkali seseorang yang menunjukkan sikap people pleaser melakukan hal tersebut karena ketakutan yang mereka miliki akan penolakan. Mereka takut apabila mereka tidak mengedepankan kebutuhan orang lain akan dianggap sebagai penolakan dengan orang-orang yang justru mereka sayangi. Hal ini dapat tumbuh akibat adanya pengalaman di masa lalu mereka dimana keberadaan mereka ditolak oleh orang lain maupun kesempatan tertentu karena mereka memilih untuk fokus terhadap kebutuhan diri sendiri.


    Apabila kamu merasakan hal seperti ini sangat penting bagimu untuk mengerti bahwa, apabila orang-orang di sekitarmu sungguh-sungguh peduli denganmu mereka justru akan senang jika kamu memilih untuk fokus dengan kebutuhan dirimu sendiri dan menjaga kesenangan serta kesehatan mental mu. Jika mereka bertindak sebaliknya dan justru memilih untuk menjauhimu karena kamu memilih untuk memprioritaskan diri, tidak perlu merasa sedih ya babes karena justru itu merupakan sebuah tanda bahwa orang tersebut bukanlah orang baik yang harus kamu simpan di kehidupan sehari-hari mu.


    2. Terbiasa dengan conditional love



    Seperti yang kita tahu banyak kebiasaan kita terbentuk sejak masa kecil dan terbawa hingga tahap selanjutnya dalam kehidupan kita. Conditional love sendiri merupakan sebutan yang mengacu terhadap cinta yang bersyarat atau hanya diberikan saat kondisi tertentu telah terpenuhi. Ini berarti bahwa rasa cinta tersebut bergantung pada tindakan atau hal-hal tertentu yang terjadi. Kata-kata yang umum digunakan oleh seseorang yang hanya merasakan conditional love kepada kamu termasuk:

    “Kalau kamu mau pergi sama aku, kamu harus ngerjain tugas kuliah aku dulu yaa.”

    “Kalau kamu mau dipeluk kamu harus dapat nilai tertinggi dulu ya di kelas.”

    Saat orang tua atau parental figure kita seringkali melontarkan kata-kata tersebut di masa kecil kita, kemungkinan besar akan menyebabkan munculnya sebuah mindset dimana kita tidak merasa pantas untuk menerima kasih sayang dari orang yang kita cintai tanpa memberikan hal berupa materi atau hingga energi kita telah terkuras untuk mereka. Perasaan ini dapat merusak self-esteem serta self-worth kita dalam jangka panjang sehingga kita tidak akan pernah percaya bahwa kita layak mendapatkan hal-hal baik dalam kehidupan kita. Apabila kamu merasakan hal tersebut sangat penting bagi kamu untuk membangun rasa kepercayaan diri secara perlahan, menggunakan affirmations dimana kamu membangun mindset bahwa kamu sebagai individu layak mendapatkan hal baik di dalam hidupmu tanpa mengorbankan tenaga, waktu, kesehatan bahkan kebahagiaan dirimu sendiri.


    3. Kesulitan untuk memvalidasi diri



    Seseorang yang memiliki sifat people pleaser biasanya lebih sering melihat sebuah permasalahan melalui perspektif orang lain lebih sering dibanding melihat dari sudut pandang diri sendiri. Seringkali mereka lebih memikirkan opini orang lain terhadap keputusan yang mereka buat.

    “Kira-kira dia suka nggak ya kalau aku seperti ini?” “Kira-kira menurut dia gimana ya kalau aku mengambil keputusan ini?” biasanya pemikiran seperti itu sering sekali muncul di kepala seseorang yang people pleaser, dimana mereka cenderung mementingkan perasaan orang lain dibandingkan perasaan mereka sendiri. Hal ini dapat terjadi karena kebutuhan mereka akan validasi dari pihak-pihak eksternal sebab ketidakmampuan mereka untuk memvalidasi diri sendiri.

    Kalau kamu merasakan hal tersebut, penting bagi kamu ketahui bahwa pondasi yang kuat untuk kesehatan mental kamu pastinya berawal dari dirimu sendiri bukanlah dari orang lain. Jika kamu terus menerus menaruh self-worth kamu di tangan orang lain dan menunggu validasi mereka kamu tidak akan bisa menjadi dirimu sendiri. Oleh karena itu, akan lebih baik untuk membangun self-reward system di dalam pikiranmu di mana kamu memperbolehkan dirimu sendiri untuk memberikan pujian kepada diri sendiri setelah melakukan hal yang baik.


    4. Menghindari konflik



    Berdasarkan riset psikologi yang telah dilakukan, ternyata salah satu alasan terbesar mengapa seseorang memiliki sikap people pleaser adalah untuk menghindari konflik atau ketegangan dengan orang lain. Biasanya seseorang yang memiliki sifat people pleaser akan berpikir bahwa menolak permintaan orang lain akan menimbulkan rasa marah atau tensi diantara mereka dan itu hal yang mereka ingin jauhi. Apabila kamu merasakan hal tersebut, komunikasi dapat menjadi jalan keluar kamu. Sebagai seorang individu kamu memiliki hak untuk mengkomunikasikan kebutuhan dan keinginanmu layaknya orang lain. Jadi apabila seseorang meminta kamu melakukan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang kamu rasakan, coba lah terlebih dahulu untuk berkomunikasi dengan jujur kepada mereka tentang apa yang kamu rasakan dan kenapa kamu tidak bisa melakukan hal tersebut.


    5. Ingin berguna bagi orang lain



    Alasan terakhir dari sifat people pleaser adalah keinginan untuk berguna bagi orang lain. Sama seperti beberapa alasan sebelumnya, perasaan ini justru dapat muncul karena self-esteem dan self-worth yang rendah. Kemungkinan besar seseorang yang selalu ingin berguna bagi orang lain sempat memiliki pengalaman dimana mereka disebut tidak berguna oleh seseorang yang mereka pedulikan, oleh karena itu mereka selalu mencoba untuk mengeluarkan energi dan usaha lebih untuk menjadi berguna bagi orang-orang di lingkungan mereka.

    Ingat ya dear, menjadi sebuah pribadi yang ramah, gemar menolong dan berguna bagi orang lain adalah hal yang baik tapi apabila kamu melakukan hal tersebut sampai memprioritaskan orang lain dan merugikan diri kita sendiri itu merupakan sebuah hal yang dapat berdampak buruk terhadap kesehatan mental kamu kedepannya.

    (Ameina Dewi / GIO / Images from Freepik @wayhomestudio, @rawpixel.com, @freepik, @cookie_studio,@drazenzigic/layout:)