Better You

Menghindari ‘Toxic Empathy’ untuk Kesehatan Mentalmu

  by: Redaksi       22/7/2022
  • Babes, apakah kamu termasuk ke dalam golongan orang yang memiliki rasa empati tinggi?

    Kali ini, Cosmo akan membahas tentang dampak bagi kesehatan mental dari adanya toxic empathy. Namun, sebelum membahas lebih jauh mengenai apa yang disebut dengan toxic empathy, kamu harus mengetahui terlebih dahulu apa itu empati.

    Empati adalah perasaan yang muncul ketika kamu berhadapan dengan seseorang yang tengah bersedih, kamu dapat merasakannya juga sehingga kamu merasa kasihan padanya.



    Empati dapat didefinisikan sebagai bentuk kekhawatiran kita pada orang lain, ataupun hubungan perasaan yang terjalin akibat kesamaan nasib. Terdapat empat fase di mana seseorang dapat merasakan empati, yakni understanding atau memahami, feeling atau merasakan, sharing atau berbagi perasaan, dan maintaining differentiation atau membedakan perasaan diri kita dengan orang lain.



    TOXIC EMPATHY HADIR KARENA EMPATI YANG BERLEBIHAN




    Ketika kita memberikan empati yang terlalu tinggi pada orang lain, akan sulit bagi kita untuk mempertahankan pemisahan antara perasaan diri kita sendiri dengan orang lain. Membawa emosi negatif dari orang lain seperti perasaan terluka dapat menyakiti kita juga.

    Dengan memiliki terlalu banyak empati, kamu mungkin akan menderita bersama dengan orang tersebut yang dapat berujung pada depresi.


    DAMPAK DARI TOXIC EMPATHY




    Pada keempat tahap dari empati, toxic empathy hadir pada tahap keempat, yakni maintaining differentiation atau membedakan perasaan diri kita dengan orang lain. Banyaknya dampak dari toxic empathy ini terhadap kesehatan mentalmu adalah suatu hal yang harus kamu waspadai dan hindari. Oleh karena itu, terdapat dua dampak terbesar akibat empati yang berlebihan, yaitu:


    1. Minimnya tindakan yang diberikan




    Ketika kita memberikan empati pada orang lain, kita bisa saja kehabisan energi karena memberikan empati tersebut. Akibatnya, kamu bisa saja menarik diri sehingga tidak mengambil tindakan yang diperlukan untuk membantunya, seperti membeli bahan makanan untuk korban bencana, dan lain-lain.


    2. Mati rasa atau kewalahan




    Menurut Very Well Mind, ketika kamu terkuras oleh kepedulian kamu terhadap orang lain, kamu mungkin akan merasa mati rasa atau kewalahan. Setelah melihat atau mendengar suatu peristiwa yang buruk, memori itu akan terus berputar-putar di benakmu.

    Kamu juga memungkinkan untuk merasa putus asa dan menjadi depresi. Manifestasi fisik dari kelelahan empati muncul dalam bentuk sakit kepala yang berhubungan dengan stres, insomnia, dan perubahan nafsu makan. Kelelahan empati juga dapat menyebabkan kamu menutup diri dan tidak lagi peduli pada sekitarmu.


    PERBEDAAN BELAS KASIH DAN EMPATI




    Belas kasih dan empati mungkin memang dianggap sama, tetapi terdapat perbedaan di dalamnya. Ketika orang merasa kasihan, detak jantung akan melambat dan menciptakan hormon oksitosin atau hormon ikatan. Dengan belas kasih, kamu akan lebih peduli dengan apa yang sedang dialami orang lain dan ingin menawarkan kebaikan atau mengambil tindakan untuk membantu.

    Di samping itu, dengan empati, kamu mengambil perspektif dan perasaan mereka. Jika seseorang cemas, maka Anda merasa cemas. Jika orang lain kesakitan, maka Anda juga. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, apabila kamu terlalu banyak berempati atau banyak menanggung rasa sakit orang lain, itu dapat menyebabkan sikap apatis, depresi, kecemasan, dan menurunkan keinginan untuk membantu orang lain yang membutuhkan.


    CARA MENGHINDARI TOXIC EMPATHY






    Cara yang paling mudah dalam menghindari toxic empathy adalah mengecek diri sendiri. Jujur kepada dirimu sendiri dan perasaanmu sangat penting dalam menghindari empati yang tidak baik. Kamu dapat membedakan mana empati yang baik dan tidak baik.

    - Mengetahui penyebab anxiety yang dirasakan

    - Mencari ketenangan dengan meditasi

    - Makan makanan yang sehat

    - Memperoleh waktu tidur yang cukup

    - Melakukan olahraga secara rutin

    - Membuat jurnal

    - Melakukan kontak erat dengan teman dan keluarga


    Bagaimana, Cosmo babes? Apakah empatimu sudah sampai di tahap toxic empathy?


    (Fishya Elvin/Images: Photo by Engin Akyurt on Pexels, Photo by Liza Summer on Pexels, Photo by Everton Nobrega on Pexels, Photo by Anete Lusina on Pexels/Layout: Rhani Shakurani)