Oh we always knew it, honey! Menurut studi terkini, mengonsumsi lebih rutin cabai yang berpotensi “membakar” lidah Anda itu mungkin bisa jadi kunci hidup lebih lama. Hm, tell THAT to your foreigner friends!
We Always Knew That Spicier the Better
Yup, rasanya segala menu kita akan terasa plain bila tidak ditemani sambal atau tingkat kepedasannya ditambahkan. Sumber rasa pedas dari cabai adalah capsaicin, yang selama ini telah terbukti ampuh membantu melancarkan metabolisme, mencegah obesitas, kanker, dan penyakit jantung, serta sebagai sumber antioksidan. Capsaicin juga memiliki khasiat antimikrobial yang membantu “memelihara” bakteri baik di perut Anda. Kesimpulannya? More sambal, please!
Eat it Hot and Raw
Sebenarnya menurut studi yang dilakukan oleh Peking University, China, Anda dianjurkan untuk mengonsumsi cabai mentah yang segar dibandingkan yang sudah dikeringkan atau dijadikan sambal. Well, mengonsumsi sambal matah atau tahu isi dengan cabai rawit tentu termasuk dong.
The Latest Burning Questions
Para peneliti dari Peking University mengikuti partisipan studi mereka selama tujuh tahun, dan dalam jangka waktu periode studi, sebanyak 20,224 (dari 487,375) partisipan meninggal dunia. Berdasarkan kuesioner yang mereka isi, dan setelah mengamati faktor lain seperti usia, jenis kelamin, tingkat edukasi, status pernikahan, konsumsi alkohol, rokok, dan health history, mereka menyingkap fakta kalau partisipan yang mengonsumsi makanan pedas sebanyak 1 – 2 kali dalam seminggu memiliki risiko kematian lebih rendah (10%) daripada mereka yang tidak mengonsumsinya sama sekali. Even better, partisipan yang konsumsi spicy food 3 – 7 kali seminggu punya risiko lebih rendah lagi (14%).
Don’t Sweat it Yet, Though
Walau hasilnya positif, namun menurut Jun Lv, salah satu peneliti, diperlukan proses studi lebih lanjut. “Rempah-rempah seperti cabai telah menjadi bagian integral dari budaya kuliner di seluruh dunia, seperti untuk flavoring, pewarna, pengawet, hingga untuk tujuan medis,” ujar Jun dalam hasil studi tersebut. “Namun bukti terkait konsumsi makanan pedas dan efeknya terhadap kelanggengan usia sayangnya saat ini masih kurang.” Oh well, come to Indonesia and do more of your research then! (Sahiri Loing / SW / Image: _chupacabra_/ iStock / Thinkstock)