Well, kalau Anda punya asisten sih silakan memintanya untuk mencatat kata-kata Anda (dan orang lain) saat meeting, tapi kalau tidak, berlatihlah untuk mencatat segala pertukaran informasi yang dilakukan secara verbal. It’s REALLY important, ladies!
No More “He Said, She Said”
That’s true, dear, karena bila suatu janji atau request hanya disampaikan secara verbal maka apa yang menjamin kata-kata tersebut akan ditepati atau dilaksanakan? Yang diperintah bisa saja mengelak dengan membalas, “Saya tidak pernah menerima atau mendengar perintah tersebut.” Then it’ll be a game of He Said, She Said! That’s why sangat penting untuk mencatat obrolan tersebut—bahkan di secarik kertas pun!
“Semisal Anda seorang pimpinan, dan tengah berkompromi dengan staf yang memiliki demand spesifik, maka catatlah poin-poinnya,” ujar Marina Salya, HRD Manager dan career counselor. “Nah, setelah perundingan Anda tuntas dicatat, Anda dan staf mesti menandatangani kertas tersebut—itu akan menjadi pengikat perjanjian Anda. Kemudian bawalah kertas tersebut ke atasan Anda langsung atau divisi HRD untuk merundingkan kembali demand tersebut”
Just Write it Down!
Ya, apapun itu, entah saat bernegosiasi dengan klien, karyawan, hingga atasan. Bila Anda dijanjikan promosi tahun depan oleh atasan maka buatlah versi hitam di atas putihnya yang bisa Anda buat sendiri. (Atau Anda bisa juga mengirim email yang meringkas hasil obrolan Anda bersama sang bos.) Bila malas mencatat, email tentu bisa jadi opsi lho—Anda bisa mendelegasikan rincian tugas via email dan, seperti disebut sebelumnya, meringkas hasil pertemuan dengan atasan. Bila mereka mendadak terkena “penyakit” lupa (atau tidak ingat), well, masuk saja ke bagian “Sent” di Inbox Anda dan, voila!, you got your proof! (Sahiri Loing / SW / Image: AnaBGD / iStock / Thinkstock)