Better You

Shopping Ethics for Two (Part 1)

  by: RedaksiCosmopolitan       7/5/2013
  • Saat masih single, Anda tentu bebas menghabiskan seluruh penghasilan tanpa perlu persetujuan siapapun. Mulai dari berbelanja sepatu idaman, membeli tiket untuk liburan, hingga makan malam di restoran mewah. Lain halnya ketika Anda sudah mengikat diri dengan seseorang. Begitu status itu berubah, sebaiknya pengeluaran untuk belanja apapun didiskusikan terlebih dahulu kepada pasangan. Psikolog Nessi Purnomo dari Personal Growth mengatakan, “Setelah berpasangan, sebaiknya segala sesuatu yang menyangkut masalah keuangan dibicarakan secara terbuka kepada pasangan.”

    Tidak Ada Aturan Baku
    Zaman orangtua Anda dulu, memang ada peraturan tidak tertulis mengenai pengelolaan uang yang diserahkan kepada istri, termasuk urusan belanja. Tapi seiring dengan perubahan zaman, hal itu kini tidak berlaku lagi. Menurut Nessi, sebetulnya tidak ada aturan baku untuk hal ini. Semuanya berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. “Misalnya Anda dan pasangan sama-sama bekerja. Anda berdua bisa menentukan berapa persen yang dialokasikan untuk kebutuhan rumah tangga, kebutuhan pribadi, maupun investasi,” ujar Nessi. Ia menambahkan, “Siapa yang mengelola uang dan belanja untuk kebutuhan rumah tangga juga berdasarkan kesepakatan berdua, bisa istri, bisa juga suami.”

    Kenali Diri Sendiri
    Untuk urusan belanja, Anda harus mengenali dan mengakui kelemahan Anda. Sebelum Anda berpasangan, Anda pasti mengenal diri Anda sendiri, termasuk tipe pembelanja seperti apa Anda. Jika Anda boros, lebih baik Anda berbesar hati merelakan posisi pengelola uang keluarga kepada pasangan. Begitu pula sebaliknya. Namun, jika Anda berdua impulsive buyer, Nessi merekomendasikan penggunaan teknologi auto debit untuk menabung maupun berinvestasi agar keuangan keluarga tetap terselamatkan.





    Belanja Pribadi vs Keluarga
    Setelah berpasangan, kebutuhan dibagi menjadi untuk keluarga dan pribadi. Haruskah ada izin pasangan untuk setiap pembelian? Nessi menyarankan, dari awal pernikahan, pasangan suami-istri harus membuat daftar belanja untuk keperluan keluarga, sehingga tahu pos-pos pengeluaran. Untuk kebutuhan pribadi, Anda dan pasangan bisa negosiasi mengenai nominal dan saling tukar info seputar perkiraan barang – barang pribadi yang dibutuhkan, sehingga  punya bayangan mengenai pembelian kebutuhan pribadi. ”Nah, jika Anda sedang jalan-jalan dan menemukan produk bagus yang diskon dan alokasi budget sudah habis, Anda bisa menghubungi pasangan untuk berdiskusi apakah barang itu layak dibeli atau tidak,” tambah Nessi. (Karmenita Ridwan/ Image:Dok.Cosmo Pregnancy)